I'm yours : 3am thought

Disini terang dan dingin. Kumulai kembali segala sesuatu yang telah berlalu itu. Ku tuliskan cerita ini sebagai balasan apa yang telah kau buat dengan basis dan fitur yang sama. Sekejam itukah aku? Bulan suci ini hampir menjadi saksi bisu kekejaman ayam jantan dan betina nya. Menyesal bukan lah solusi. Kembali hanyalah angan. Yang terbaik lah yang ku cari. Buntu fikiran aku untuk memulai tulisan ini awalnya. Kucoba mainkan alat alat itu dan kupasang melalui indera ini. Biar audience ini yang nantinya melahirkan apa yang sebelumnya aku fikirkan saat aku di tanah jawa kemarin. Tak tahu aku apakah ada pengaruh dibaliknya. Sejujurnya aku hanya menuliskan apapun yanh sekarang terbawa oleh fikiran ku ke tangan ku ini untuk menulis hal hal yang menjadi balasan dari cerita non fiksi itu. Kekasihku, berat kah kau melupakan nya? Lantaran ku tinggalkan pengharapan itu ditengah jalan. Sakit nya kini aku yang menanggung. Percayalah, karma tidak lagi mitos dan kepercayaan masyarakat hindhu saja. Namun, sudah menjadi tragedi kehidupan yang menanti orang orang yang menghidupkan nya. Cerita ini akan menjadi bagian dari cerita cerita hidupku di tulisan lainnya. Dari sisi gelap ke sisi terang. Kau tak tahu betapa tahu nya diriku atas apa yang dahulu pernah terjadi. Siang itu, sebelum kepulangan kita dari puncak di tanah datar, minangkabau menuju kota tercinta yang kita duduki kini. Sudah mulai timbul pengharapanku. Cinta yang tadinya padam kau hidupkan layaknya api membakar lilin yang kau bawa dinihari untuk merayakan hari jadi ku. Tak sadarkah kau? Kutahan segenap emosi personal ini hanya karena ku tahu ada perbedaan yang mendasar dari kita. Alasan beberapa untuk tak menjadi bagian dari hidupmu yang selalu memiliki langit yang cerah biru dengan pelangi indah sisinya. Kecintaanku. Tak akan pernah ku jual akidah ini demi siapapun dan apapun dia.  Tapi hati aku ini mempunyai keinginan kalau ia telah memiliki segumpal cita cita yang akan membangkitkan semangat kehidupan ku dikota tercinta ini. Basa basi belaka kujadikan tameng sedikit untuk mengetahui lebih dan mengenal sekaligus agar bisa mulut ini agaknya berbalas cakap dengan mu yang baru menjadi teman dalam lingkungan ku. Ku bagikan apa yang telah kuperoleh sedikit darimu yang hanya berupa gambar dengan panorama danau di belakangnya. 'New person, new friends, new family'. Aku tahu kita berbeda. Jika kau seekor burung cendrawasih yang menjadi satwa yang dilindungi karena keindahannya yang rentan membawa ketakutan, maka aku adalah seekor burung merpati yang indah bila bersama sama dengan lainnya. Keindahan aku ini tak akan menjadi penopang utama dalam diriku sepenuhnya, kekayaan yang ada dalam segenap hati ini lah yang aku tawarkan kepada siapapun yang ingin merasakannya. Pagi ini boeing 737-800 NG memberangkatkan ku menuju ibukota. Kutulis ini disaksikan awak kabin maskapai kecintaan Indonesia dengan budaya nya yang lekat. Perhelatan awal tahun itu jadi sebuah kenangan yang mungkin kau sebagai bagian dari perhelatan tersebut, tidak ingin melupakannya. Pandanganmu yang selalu mencari cari saat pandangan ini tidak menuju kepadamu. Kau yang tahu bahwa engkau sendirilah yang menjadi yang pertama aku cetakan sebagai gambar dari bagian perhelatan yang bukan kita menjadi pemenang nya. Aku tahu mungkin kau sedang tidak memihak untuk sekolahmu, tapi aku yakin ada fikiranmu yang menuju kesana. Kau pintar. Sebuah kepribadian yang kini aku siasia kan dari mu. Ingatkah kau sewaktu itu di kota bertuah itu, kau terima panggilan pancaran gelombang elektromagnetik ku dengan lembut bertanya tentang bagian dari ilmu alam yang kita tekuni di atas ini. Ku jawab panggilan hati itu dengan memberikan solusi terbaik dan sedikit kukirimkan pesan pesan tersirat namun tak berani kuungkapkan dengan kata kata yang baik. Mulai dari sanalah perahu perasaan ini mulai mengibarkan layar pengharapan ini dari estuary hatiku menuju dermaga hatimu yang indah. Ku lewati segala karang dan ombak yang mengguncang. Ku teriakkan bahwa hati ini benar benar akan untukmu. 'Since than I miss you everyday everynight'. Akhir pekan terasa lama saat kedatangan paket pra ujian nasional untuk kakak kakak kelas kita yang ingin menuju perguruan tinggi sekarang. Ku tunggu tidurmu di layar kaca ini. Kusayangkan matamu yang menghitam bawahnya karena obrolan basi ku. Percayalah kata sayang ku itu sangatlah tulus. Sampai pada saatnya aku ingin meluapkannya layaknya kali yang diguyur curah hujan yang sangat tinggi dari pagi hingga pagi esok lagi. Kuhargai dengan segenap hati ini untuk kau yang tidak mengindahkannya. Mulai hati ini hanyut dalam kesedihan setelah ku ingat itu. Mulai pada saat itu sudah sedikit berubah segala tentang kita lantaran undangan yang tak dihadiri dan ditinggal saja. Tak kesal diriku untuk mengatakan nya kepadamu, karena sesungguhnya diriku yang sebatang kara inilah yang akan menyatakan kata kata pengharapan untuk saat ini. Mungkin harus kembali kulihat arloji yang berdetik tak kudengar untuk mencari waktu yang tepat. Tak luntur kepercayaan diriku untuk menjadi milik seorang anak terpandang akan kepintaran nya pada saat itu. Karena ku sadar pada saatnya ini aku pantas mendapatkan apa yang akan menjadi cita cita ku untuk bisa mengharapkan kau sebagai teman yang lebih mengerti aku di kota tercinta itu. Besok gerhana matahari total, biar sedikit kemalangan melanda hubungan ini karena malam tidak hanya sebentar. Bukti kecintaan dan kasih sayang itu mulai ku rangkai seakan aku menuliskan pendahuluan dalam makalah cinta ku. Di bantu oleh perantara gelombang elektromagnetik itu aku sampaikan segala isi fikiran dan hati ini mengenai betapa sayangnya seseorang kepada seseorang lainnya diatas perbedaan yang sangat sakral. Kujelaskan latar belakang, tujuan, serta metodologi penelitian makalah cinta ku ini layaknya sebagai ajuan untuk skripsi perasanku yang tak perlu kau revisi ulang isinya. Kau memang indah, suara lembut itu seakan menyambut tangan ku yang lemah tanpa satupun energi ATP yang dihasilkan mitokondria oleh sel sel ku ini. Kesayanganku, tak pernah sebelumnya ku fikirkan bahwa hubungan ini akan kandas lantaran sahabat dekatmu yang kini dekat denganku. 120 jam baru berselang kau masih tak percaya apa yang kau rasakan dan terjadi kini. Kau sampaikan pesan mu melalui pesan elektronik itu, dengan akhir kata yang kau manjakan diriku. Aku tahu ini akan baik baik saja. Awalnya tak akan kupandang sebagai sesuatu yang ganjil dari hubungan ini, namun keadaan tiba tiba berubah, obrolan basi semakin membusuk di keranjang sampah tempat kau temukan perasaan itu. Pagi itu cerah sekali, ku akali untuk tidak memberi tahu mu dengan sedikit gurauan cinta ku karena ku yakin kau akan senang bila kau terkejut melihatku yang tiba tiba berada disisimu. Banyak kendaraan besar yang terparkir pagi itu yang seakan buat ku tak cemas bila ku lihat kau dari kaca jendelanya. Kau beri senyuman indah berlapis manisnya binar matamu karena kesayangan mu sesungguhnya telah pada mu dan ikuti perhelatan yang sama. Bila kau tak ikut mungkin kau pun tak akan merasa kesepian, namun sebaliknya, diriku lah yang selama ini sepi jika jiwa mu tak dapat lagi ku sentuh dengan bathin ini. Bahkan aku masih mengingat kala berjalan ke tempat angkutan itu, ku minta air minuman mu yang telah menjadi minuman ku juga. Sesampainya di yang awal tujuan kita, kau berikan senyuman itu kembali dengan sedikit mengadu bahwa hati ini selalu ingin dekat dengan hatiku yang telah kau gapai sebelumnya. Kembali kita cetak gambar kedua kita di album perjalanan hidup dan cinta ini. Koala. Hewan yang selalu mengingatkan diriku akan dirimu yang lemah fisiknya namun memeliki keteguhan hati yang sangat kuat. Tidak dengan malam itu, hari dingin itu hanya kutebus dengan baju tak berlengan hanya untuk memberi alat ini kepadamu, orang rumahku kelak. Paginya, ngarai di kota wisata itu menjadi saksi buta cintacinta yang buta diantaranya. Bergandengan tangan, menyusuri gelapnya goa peninggalan negeri sakura. kurasakan sikapmu yang selalu ingin kujaga. Tak kufikirkan cerita dan sahutan mulut orang lain kala itu. Biar mereka tahu bahwa 'i am yours'. Masih kah kau ingat itu wahai koala kumal ku. Teguh segala perkataanku yang kukatakan kepadamu. Ketika orang bertakjub 'X' dalam ceritamu itu memanggil mu seekor satwa yang dilindungi dari negeri tirai bambu. Tak akan kupanggil kau dengan perkataan itu kembali. Karena percayalah akan kuberi sesuatu yang beda dari hidupmu. Ingin ku tambah pelangi dilangitmu itu dengan aurora yang lebih indah jika langitmu kelam. Dan ketika si 'X' tak mengizinkan dirimu untuk memberi ponsel mu itu kepada siapapun. Dan sampai kini, tak sering ku pegang walau cuma sekali atau dua kali. Awal kekelaman itu mulai hadir ketika keberangkatan jet buatan rusia menuju kota bertuah ini. Dua minggu tak kupandang paras anggun nan menggemaskan itu. Banyak terjadi kekacauan dan penyiksaan perasaan dimana mana. Seperti yang kuungkapkan dalam draft ku. Kepulangan diriku tambah sedikit membawa luka yang mendalam. Ku sadar, kau orang yang berpunya. Rangkayo diantara siswa siswa yang lainnya. Namun sedikit kesederhanaan kau pancarkan. Dan aku, sebagai siswa yang sungguh sangat sebatang kara di ibukota tanah minang itu. Namun kau rangkul aku kembali menjadi sosok yang kau butuhkan setelah tas itu kubawakan untukmu. Kau tak fikirkan lagi pengawasan orang tua mu lantaran rasa butuh mu akan seseorang, dan tak ingin melupakan kenangan yang sangat mengesankan. April telah kita jalani sebagai bulan kita bersama bahu membahu saling mengerti akan kesibukan remaja masa kini. Namun Mei berkata lain, sayang itu seakan menutup rapat gudang pengharapan ku diganti dengan perilaku yang aku tak sangka begitu ganas. Apa ini salah seorang adik yang hanya diangkat dari panggung sandiwara? Kecemburuan mu semata yang melenyapkan kota kota asmara yang kau bangun sendiri dengan pengharapanmu? Kau cuci fikiran mu dengan itu lantaran aku yang seakan menurutmu lebih menyanginya. Ke tidak pekaan ini sesungguhnya bukan lah maksud tersirat darinya, sungguh telah tahu aku apa yang menjadi keharusan ku apabila kau tiba tiba berubah seakan merasa tak dibutuhkan di ladang yang dipenuhi pengharapan ini. Pengaharapan yang seharusnya kau ambil hasilnya, tapi berkat emosi personal dan kemuakan mu itu kau tinggalkan dia begitu saja. Pagi dan malam. Siang dan petang. Kesalahanmu membiarkan seseorang yang membantu ku untuk menjaga agar tak rusak pengharapan itu. Sampai pada saat itu layaknya kau bukan siapa siapa dari seonggok daging yang selalu meminta kau untuk menyanginya. Kapan pun. Tak mengenal situasi, aku selalu meminta mu untuk menyayangi ku karena kesedihan insan seperti ku ini yang jarang dan sulit disayangi oleh orang lain. Menjadi orang menyayangi ku dikota tercinta itu, sangat kusayangkan sikap akhir mu itu yang memaksa ku untuk menyatakan bahwa kebersamaan denganmu kini telah berakhir. Sungguh karena kau sendiri yang tak mengindahkannya. Kuteriaki kau berkali, kau diami tak mengacuhkan seakan seekor keledai yang berbicara aneh dengan manusia yang berderajat tinggi. Kesedihan itu yang sangat kuingat. Padahal disana pernah terletak permata permata pengharapanmu yang kini kau gadai dengan ego dan kebenaranmu. Telah kuberkati dan kuridhoi, bahwa akulah yang sepenuhnya bersalah atas insiden ini. Disaat kau masih membutuhkan ku. Kulepas kau ditengah jalan sunyi sepi kelam, tanpa teman. Ku sakiti hepar itu. Namun pada akhirnya nanti kuyakin kau akan tahu, bahwa emosi mu bukanlah solusi untuk menjadikan pengharapan mu tergadai menjadi perak atau perunggu.  Bukan ku putus kan segala tali perkenalan kita di bumi ini. Bersahabat tidaklah buruk seperti anggapanmu. Kuharagai usahamu untuk tidak kembali menghidupkan pengharapan itu lagi. Menyesal bukan lah solusi apa apa dalam cerita ini. Hanya perlu banyak kau ketahui, aku yang telah susah dan berusaha mendapatkan hatimu yang teguh itu. Namun kini kau kulepas dengan kerusuhan hati ini lantaran merasa tak tahu jadi apa. Bukan kah aku tak menyianyiakan mu? Kesayangan ku. Teman berhafal ku. Pacarku. Teman enzim biology itu. Kecintaan prom nightku. Koala setia ku. Sungguh sampai saat ini, keputusan yang maha kejam itu tak dapat ku terima karna kebodohan ku. Wangimu yang selalu membuatku untuk menjemputmu keatas, dan menemani ku turun dari sekolah tempat kita bersua pertama kali. Tak bisa ku cium lagi, ma'af kan ketelodoran si pandir ini. Karena sungguh selalu kubayangkan kau masih milik ku seorang. Dan berlindung lah kau diatasnya. Kebohongan yang kau ingat itu sungguh membawa ku untuk tidak melewatkanmu seharusnya. Akhir kata, je, you're beautiful. Not for your appearance. but Yes for your heart. Aku selalu menyayangimu sampai pada waktunya. Waktunya. Carilah waktunya bagimu. Sesungguhnya dia ada didekat mu, layaknya pengharapan ku. 8. 16. 19.  

Comments

Popular Posts